Pertanyaan saya kali ini pendek saja..
-
Kenapa manusia-manusia pilihan macam Nabi Sulaeman, Nabi Musa, Nabi Ibrahim atau Nabi Muhammad tak diturunkan lagi oleh Tuhan pada zaman yang menurutku toh masih belum berubah??
_____________
ps. Tolong sikapi pertanyaan ini sewajarnya saja. Kalau anda seorang Ayah/Ibu, anggap pertanyaan ini terlontar dari mulut anak anda.
Kalau anda sebaya dengan saya, anggap pertanyaan ini terlontar dari mulut seorang sahabat.
Kalau anda seorang guru, anggap pertanyaan ini terlontar dari mulut salah satu murid anda.
Selebihnya, mari berbagi.. π
update:
bagi yang tidak menemukan benang merah dari pertanyaan di atas, silahkan lihat komen om Dana pada komen nomor 5.
Terimakasih.. π
update lagi:
setelah membaca komen tukangkopi yang:
mungkin karena kita sudah diberi pedoman berupa al-quran dan hadits. tinggal gmn sekarang kita membimbing diri kita sendiri untuk kembali pada pedoman itu. kita kan dibekali hati nurani dan otak. masak mau dibimbing2 terus. masak mo beragama dengan lurus harus karena ada pengawasan nabi?
Entah kenapa tiba-tiba muncul begitu saja pertanyaan lain di otak saya yang sialan ini.
Ini dia pertanyaan susulannya:
-
“Kenapa sepeninggal beliau dunia tetap saja seperti jaman jahiliyah (zaman dimana Muhammad di utus). Apakah ini semacam bukti bahwa Muhammad gagal menjalankan misinya ‘meng-ISLAM-kan’ manusia??
Kalau memang iya, kenapa Tuhan tak menurunkan nabi lain yg lebih baik dari Muhammad ke dunia ini?? Maaf, dalam hal ini saya tidak membicarakan wali dan sebangsanya, karena saya pikir derajat mereka jauh dibawah nabi”.
Januari 18, 2008 pada 7:05 am
Tidak menjual pertamax!!
Januari 18, 2008 pada 7:26 am
Hahaha…
pertanyaan khas Qz…
yang malah memicu tanda tanya berantai di otak saya…
* π *
Januari 18, 2008 pada 7:28 am
Atau mungkinkah agar manusia itu belajar dari kejadian-kejadian yang telah lalu??
meski masih saja lupa dan naluri…
syukur atas akal dan budi, yang digunakan atau tidak, oleh mereka, saya dan dia
* π *
maaf sok tau nih
Januari 18, 2008 pada 7:33 am
mmm… aduh… apa ya…?
Januari 18, 2008 pada 8:51 am
Maka saya akan menggugat Tuhan:
Januari 18, 2008 pada 8:57 am
mungkin zaman inilah waktu yang ditentukan untuk mengakhiri kehidupan dunia…???? makanya dibiaring gak ada panutan seperti nabi..
Januari 18, 2008 pada 9:10 am
mungkin karena kita sudah diberi pedoman berupa al-quran dan hadits. tinggal gmn sekarang kita membimbing diri kita sendiri untuk kembali pada pedoman itu. kita kan dibekali hati nurani dan otak. masak mau dibimbing2 terus. masak mo beragama dengan lurus harus karena bimbingan atau karena ada pengawasan nabi?
hehe..sorry ya, komen asal.. π
Januari 18, 2008 pada 10:35 am
emm, ternyata ini oleh2 piknik kemaren bro,
masih memikirkan tuhan rupanya.
entah bro aku juga gak tau, doeloe aku jg punya pertanyaan sejenis, kenapa mereka (nabi2) itu yg diutus? knp bukan aku? knp bukan bapak ku? knp bukan pakde ku? knp bukan orang lain? istimewakah mereka? knp tuhan pilih2?
tapi kemudian aku sadar klo smua pertanyaan itu gek butuh jawaban, gak butuh penjelasan, gak butuh alasan, karna tuhan sendiri nggak tau dan gak mau tau
kamu adalah kamu, aku adalah aku, kenyataan bahwa kita ada dan ‘hidup’ saat ini maka jalanilah, lewatilah, hidupilah
Januari 18, 2008 pada 10:50 am
Tadi saya kesini, pertanyaannya baru satu…
eh lha kok sekarang jadi nambah lageee
kalo pertanyaan yg kedua pass aja mas
* π *
Januari 18, 2008 pada 10:58 am
eh, komen saya yang no 5 di hapus zink, soalnya yang bener itu komen no 6. thanks.
Januari 18, 2008 pada 12:10 pm
Nabinya muncul juga nggak akan diakui. Kita lihat, mengaku nabi sedikit saja langsung disambut dengan nggak baik. π
Walau begitu, saya kira bagus juga kalau ada nabi lagi, dengan syarat tanda-tandanya jelas. Misalnya dengan menebak skor-skor pertandingan sepakbola, atau membelah bulan jadi dua, dan yang susah-susah lainnya. π
Januari 18, 2008 pada 12:26 pm
Jadi apakah Tuhan Maha Kuasa? Apakah Ia bisa mengontrol segala sesuatu? segala sesuatu yang katanya adalah hasil kreasinya.. atau mungkin memang Tuhan ibarat anak kecil yang sudah lelah dengan mainanNya ini, lalu ya dicampakkan begitu saja atau ya dibuang aja ke tong sampahNya..
Januari 18, 2008 pada 12:57 pm
iya ya… padahal kalo sekarang ada lagi kayak nabi Musa asik kalee.. misal umatnya tuh Ahmadiyah, trus si nabi baru ini bisa membelah dimensi. umatnya diungsikan ke tata surya atau planet lainnya. atau diperintah bikin pesawat antariksa raksasa ala Nuh. buat ngungsi keluar bumi… hmmm… *halah kok malah nggladrah*
Januari 18, 2008 pada 1:22 pm
siyal!!! Keduluan si kopral. *bentur benturkan kepala ke tembok*
Iya itu juga pertanyaan lanjutannya zink, apa sang Nabi nggak bakal di hujat, atau malah langsung di bunuh kalo mengaku Nabi?
*hem makanya nabi yang itu diam-diam aja*
Januari 18, 2008 pada 1:27 pm
@danalingga
saya tahu… saya tahu… 8)
Januari 18, 2008 pada 3:29 pm
::he…he…, mengapa sekarang pake pesawat..koq ngga jalan kaki aja kemana-mana…
mengapa ada computer, koq nggak nulis di batu aja… *biarin gak nyambung*
Januari 18, 2008 pada 4:23 pm
saya ndak tahu, dan otak sayapun belon mempuni untuk bertanya…
Januari 18, 2008 pada 6:44 pm
Nabi Muhammad sebagai yang terakhir diturunkan sudah cukup. Mengapa sekarang dunia malah tambah awut2an? Karena sudah lebih dari 14 abad sejak ada Nabi Muhammad. Dan dunia sudah mau kiamat.
Jawaban ini memang wagu tapi, mungkin begitu.
Januari 18, 2008 pada 8:07 pm
Maaf Qzink, aku tak bisa jawab itu. absen aja ya kali ini.
Januari 18, 2008 pada 8:21 pm
Kenapa sepeninggal beliau dunia tetap saja seperti jaman jahiliyah (zaman dimana Muhammad di utus).
sebenarnya tidak, karena sudah ada hukum-hukum yang mengatur (walaupun tergantung APARATURnya). berbeda dengan dulu, sama sekali tidak ada hukum, yang ada hanyalah hukum rimba (walopun sekarang iya, tapi setidaknya lebih “pinter” lagi khan?). jadi kalo dibilang jahiliyah jelas salah, karena sekarang ini, orang-orang yang kek jaman dulu itu skarang lebih pinter lage…
“Apakah ini semacam bukti bahwa Muhammad gagal menjalankan misinya βmeng-ISLAM-kanβ manusia??”
kalo yang ini saia ndak ngerti, karena saia baru fernah ndenger bahwa muhammad itu funya misi, dan misinya itu meng-islam-kan manusia. saia baru fernah ndenger negh. sumfah
“Kalau memang iya, kenapa Tuhan tak menurunkan nabi lain yg lebih baik dari Muhammad ke dunia ini??”
nah…seferti tadi, karena saia baru fernah ndenger bahwa Muhammad itu funya misi, saia jadi ndak isa njawab. emang dafet darimana kawand? berita soal muhammad itu funya misi? misi meng-islam-kan manusia? wogh! misi yang keyen sangadh!!!
Januari 18, 2008 pada 11:14 pm
Nabi zaman dahulu juga ndak langsung diakui, pake acara dihujat, dihina, dicemooh, dikatain sesat, dan lain sebagainya. π
…jadi sekarang?
Kelakuan para penghujat itu mirip jahiliyah zaman dulu yah. π
*dikutuk*
Januari 19, 2008 pada 12:31 am
Nabi emang dari zaman dahulu seferti itu. π Makanya saya minta mukjizat. Mukjizatnya manaaaa…? π
Januari 19, 2008 pada 1:23 am
dapet darimana ini zink? π
Januari 19, 2008 pada 3:46 am
Tunggu dunia tenggelam oleh air dulu, trus keluar masa pioner dimana yg hidup hanya sebangsa dan sejenis jamur.. lalu mulai ada hewan dan lalu ada manusia π
Januari 19, 2008 pada 4:03 am
Sabar aja.
Bentar lagi juga bakalan diutus yang namanya
Al Mahdi. Ente-ente tunggu aja tanggal mainnya.
Januari 19, 2008 pada 5:09 am
pertamax abis?
kklo gitu pertaMINA saja
walah…ga tau jawabannya
*belajar lagi*
Januari 19, 2008 pada 6:39 am
Yang saya maksut dgn meng-ISLAM-kan manusia disini adalah, memperbaiki ahlak manusia. Bukankah ada salah satu ayat dalam al-quran (atau hadist, saya lupa) yg menyatakan bahwa Muhamad diutus untuk menyempurnakan ahlak??
Dan apakah sekarang ahlak manusia sudah jauh lebih baik dibanding zaman nabi2 itu diturunkan??
Maaf jadi kebanyakan nanya, he he he..
*sekedar klarifikasi*
*lanjuuut.. :P*
Januari 19, 2008 pada 7:54 am
kenapa ya???
apa karena Allah kasian ama kita…
kalu misalnya diturunkan Nabi/Rasul baru maka Nabi/Rasul itu akan membawa Risallah baru…
yang tentunya akan semakin berat…
yang tidak akan mampu kita laksanakan…
yang bikin kita bingung…
karena ada agama samawi baru…
atau mungkin karena Islam belum sesat…
belum menganggap Muhammad sebagai Ibn Allah..
seperti yahudi yang menganggap Nabi Uzair sebagi Ibn Allah…
seperti Nashara yang mengangkat Isa menjadi Ibn Allah…
maybe itu juga…
Januari 19, 2008 pada 8:02 am
apa iya Muhammad gagal mengISLAMkan manusia…
kayaknya tidak…
sebab Allah tidak hanya menciptakan Surga…
tapi juga Neraka…
So…
Allah sudah tahu bakalan ada yang Masuk ke kedua tempat itu…
tapi disortir dulu di dunia(bumi)…
Januari 19, 2008 pada 9:22 am
“Bukankah ada salah satu ayat dalam al-quran (atau hadist, saya lupa) yg menyatakan bahwa Muhamad diutus untuk menyempurnakan ahlak??”
nah, untuk menyemfurnakan akhlak khan? skarang akhlak suda semfurna sangadh ko’. cuma menusanya ajah…
“Dan apakah sekarang ahlak manusia sudah jauh lebih baik dibanding zaman nabi2 itu diturunkan??”
sudah ko’, akhlak sekarang ini sudah disemfurnakan. akhlaknya uda semfurna, tinggal manusianya aja…
Januari 19, 2008 pada 9:28 am
biarlah semua berjalan apa adanya kawann..
piss..
Januari 19, 2008 pada 9:32 am
::akhlak sekarang ini sudah disemfurnakan…
inilah kenapa udah ada pesawat..jadi engga perlu jalan kaki, dan telepon sudah digital jadi engga perlu pake engkol lagi…
emanglah, hoek sugila.. ini mantabh… π
Januari 19, 2008 pada 10:07 am
Maaf, nanya lagi, bro..
Definisi akhlak yg sempurna itu seperti apa sih??
Bisa nyiptain pesawat? Bisa nyiptain hengphon??
Sepertinya kalo untuk hal2 seperti itu gak perlu peran seorang nabi pun bisa deh..
Atau karena sekarang udah ada aturannya bahwa ngebunuh bayi itu dosa, bahwa mencuri itu gak baik, atau zinah itu perpanjangan neraka..
Itu kan sama dgn ajaran moral, bro..
Lha, kalo sekedar itu saya yakin di zaman jahiliyah pun mereka2 itu tau, cuma gak nurut..
Lantas apa bedanya dengan zaman ini??
Bukannya yg melakukan hal2 seperti itu di zaman ini pun tahu kalo itu salah, ini gak baik..
Tapi tetep aja tuh mereka melakukannya..
Atau jangan2 selama ini sebenarnya kita gak perlu seorang nabi?? Gak gitu perlu, tepatnya.. π
*jah, nanya lagi saya..*
Januari 19, 2008 pada 10:43 am
nabi atau apalah namanya itu.. mereka ceritanya membuat aturan2, nah konon katanya RasulNya itu menyempurnakan aturan2 dari Tuhan. Nah jadi yang disempurnakan itu ya aturan2Nya yang ceritanya untuk memperbaiki ahlak manusia. Tapi.. kata Tuhan sendiri, manusia itu ga ada yang sempurna, pan yang sempurna cuman Tuhan. Jadi ahlaknya manusia ga ada yang sempurna.
Definisi ahlak sempurna?
simple aja.. menjalakan perintahNya dan menjauhi laranganNya..
Ya kalo gue jadi Tuhan sih bakal gue bikin simple lagi, gue ciptain aja manusia tanpa nafsu, jadi ahlaknya sempurna.. π
Januari 19, 2008 pada 12:38 pm
::qzink, bukannya dia seperti main chip, jadi mak mano caro nak mambukanyo…makanyo dikatakan hoek kalau yg disempurnakan itu akhlaq, tinggal manusianya….
begitu dia diunzip mungkin masih perlu install…, atau bisa automatic update…kali je…
Januari 19, 2008 pada 1:09 pm
@brainstorm;
apa memang nafsu adalah perusak ahlak? apa ada gairah tanpa nafsu? tapi gairah itu adalah subjek dr segala ‘mksd’ dan’harapan’ manusia, bukan? apa kiranya ahlak yg ideal itu? apa bedanya dgn konsep etika paling sederhana; kesadaran akan benar dan salah.. tapi, benar dan salah pun mengandung konsep yg beragam trgantung bagaimana individu yg brsangkutan memaknainya! maka tetap saja bnyk yg tak terjelaskan..
@qzink666;
” meng-ISLAM-kan manusia; untuk memperbaiki ahlak’, bukan kah sebaiknya ahlak d pandang bkn semata2 prsoalan agama? dan saya tetap melihat ahlak sbg prsoalan kemanusiaan, meski dlm ajaran agama (manapun) saya jg melihatnya (secara langsung ataupun trselubung).. namun membaca agama spt membaca makna; apa yg gamblang atau apa yg trsembunyi tetaplah mengandung makna yg sama.. tapi itu tetaplah pandangan saya pribadi. konsep ahlak pd mulanya pastilah sesuatu yg sederhana; mngkn semacam kesadaran wajar setiap manusia untk mengisi dan memaknai kehdpan dgn lbh baik.. lalu, entah kapan, istilah ahlak itu muncul.. mngkn itu adalah istilah yg d bawa oleh para nabi, mngkn..
dan saya melihat, untuk memprbaiki ahlak manusia, sbnrnya bkn hny agama sebagai instrumen prbaikan; tapi ada instrumen lain yg, menurut saya lg, tak kalah penting, yakni; kesadaran individu.. memang sampai kpn manusia mesti brpaling dari dirinya sendiri untk mencari pembenaran atas segala perilakunya? memang sampai kapan manusia akan menunggu melihat ‘wahyu agung’ datang menghampirinya? sampai kapan kita akan menunggu sesuatu yg katakanlah; prbaikan total diri, yg mana sehrsnya kesempatan itu selalu trsedia dan menunggu d dalam diri kita sendiri; d dlm diri kita masing2..
apakah nabi t’lah gagal dlm memprbaiki ahlak kemanusiaan kita? itu sehrsnya jawaban yg mesti kita cr d dlm diri kita masing2, dan bknnya melimpahkan semuanya seolah2 nabi brsalah atas semua itu.. nabi t’lah hdp dan mereka pun t’lah mati; tapi ajaran mereka ada dan msh akan trus ada; tapi bknnya tgs untk pengamalannya adalah d tangan kita sendiri? dan bukannya semua itu adalah tanggung jwb kita sendiri? tapi prbaikan ahlak itu bkn semata-mata tanggung jawab religius.. saya malah melihat bahwa; kesadaran konstan untk menemukan kebaikan dn kebenaran dlm konteks personal adalah yg paling relevan..
Januari 19, 2008 pada 1:44 pm
@Zal
apakah benar ahlak t’lah d sempurnakan? trciptanya pesawat? apa hubungannya dgn ahlak?
tapi saya ingin menarik korelasi yg mngkn ada dlm hub2 keduanya
; maka skrng manusia tak lg mengengkol, tak prlu lg brjalan kaki.. semua serba praktis; efisien-efektif! tapi apa anda mengira pada saat blm ada pesawat dlm kehdpan ini (yg berarti jg blm ada satu orng pun yg melihat dan mengharapkannya lbh dr sekedar impian belaka) manusia mengengkol dan brjalan menempuh prjalan jauh krn semata2 trpaksa? atau mereka menganggap mengengkol dan prjalanan brmil-mil itu sbg sesuatu yg wajar? mana menurut anda yg paling mngkn?
saya sdkt mengamini anggapan bahwa; manusia lah yg menciptakan kondisi2 bagi diri mereka sendiri. dan prsoalan jaman itu mngkn kurang relevan dan, katakan lah, kurang selaras dgn prjalanan ahlak manusia.. pd jaman barbarian saya yakin sdh ada manusia yg ‘melaju’ mendahului sesamanya dlm konteks ahlak dan pemikirannya.. itu wajar krn manusia sbg individu, tak perduli pada jaman apapun, pd akhirnya dpt menemukan kesadaran bahwa pilihan2 itu ada trlepas dr pradaban yg sedang brlangsung atau yg sdh brlangsung.. hny saja mngkn ahlak kemanusiaan sifatnya adalah kolektif (menyeluruh), maka kita akhirnya lbh nyaman bila melakukan generalisasi drpd memberikan penilaian2 yg lbh spesifik.
tapi sekali lg; semua ini adalah pendpt saya pribadi.. salam kenal
Januari 19, 2008 pada 6:52 pm
“Definisi akhlak yg sempurna itu seperti apa sih??”
1. Akhlak secara bahasa (lughah/etimologi) adalah tabiat, pembawaan atau karakter (Kitab An Nihayah 2/70)” π
“Tidakkah engkau membaca Al Qur’an ? Ketahuilah akhlak beliau adalah Al Qur’an” (HR. Muslim no. 746, Abu Dawud no. 1342 dan Ahmad 6/54)”
ps : beliau disini ini muhammad. ada di QS Al Qalam 4)
dengan ini saia yakin sangadh, jawaban mas qzink semuanya kejawab. saia ndak ngasih ikan, hanya kail sahaja. karena dari tadi dikasi ikan, ndak kenyang-kenyang. jadina…ya saia kasih kail buat nyari ikan. mhuehuehuehuehue
_________
tentang hengpon, fesawat de el el, bukan saia yang njawab. π
Januari 19, 2008 pada 7:01 pm
ah ya, btw soal akhlak, saia fernah mbaca di bukunya Jalaluddin Rahmat, “mendahulukan akhlak diatas fiqh”. disitu beliau malah banyak sangadh memberi contoh bahwa skarang ini ummat muslim terlalu mementingkan fiqh diatas akhlak. dan dibuku tersebut, kang jalal ngasih beberafa contoh surat dalam alquran yang mengatur tentang akhlak…
*pancingan lagi*
____________________
“Lha, kalo sekedar itu saya yakin di zaman jahiliyah pun mereka2 itu tau, cuma gak nurut..
Lantas apa bedanya dengan zaman ini??”
bedanya? contohnya ajah -“akhlak yang busuk jaman dahulu, sekarang difoles menjadi baik”- = foligami.
nah…? fancingan lagi. ah ya, diatas itu contoh. dan ada sedikidh satire didalamnya. jadi, wasfadalah! mhuahuahuahuhauhauhauua
*ditendang*
Januari 19, 2008 pada 7:11 pm
hettrix, sekalian njawab
“Atau jangan2 selama ini sebenarnya kita gak perlu seorang nabi??”
Peran Nabi itu penting sekali. Justru dari perannya, kita bisa tahu maksud Allah melalui nabi tersebut.
_________
cih, saia melufakan sesuatu yang fenting sangadh.
“yg menyatakan bahwa Muhamad diutus untuk menyempurnakan ahlak??
Dan apakah sekarang ahlak manusia sudah jauh lebih baik dibanding zaman nabi2 itu diturunkan??”
jahhh…ada kesalahan disini. ternyata saia bodoh sangadh. maaf mas qzink. muhammad memang diutus untuk menyemfurnakan akhlak, tafi bukan menyemfurnakan akhlak seluruh manusia. dan akhlak yang semfurna itu terangkum didalam alquran. nah, seferti komeng saia diatas ituh, akhlak muhammad adalah alquran.
jadi intinya…
fertanyaan yang “yg menyatakan bahwa Muhamad diutus untuk menyempurnakan ahlak??
Dan apakah sekarang ahlak manusia sudah jauh lebih baik dibanding zaman nabi2 itu diturunkan??”
adalah fertanyaan yang sama sekali ndak nyambung. π
cih..saia kurang teliti……
terlalu cefadh saia mbacanya..
jahh! kejebak!!!
Januari 19, 2008 pada 7:15 pm
maaf, kalo sekirana saia kliatan sok tahu, dan ko kekna ndak ada kesibukan yang laen. soale saia tertarik aja. kek lagi bernostalgila jaman SMA, ikotan debadh “kusir” kek begini. hohohoho…
Januari 19, 2008 pada 8:04 pm
@Hoek Soegirang
serius, bro.. Terimakasih sangadh udah ngasih pancing.. π
dan kenapa saya hanya menanggapi beberapa komen saja, itu karena saya benar2 bertanya (bertanya karena tidak tahu)
Saya tidak ingin berdebat, dan karena tadi saya agak kurang paham dgn pendapat bro’ Hoek dan bro’ Zal, maka saya pun bertanya lagi pada kalian berdua.. π
sekali lagi, terimakasih..
*tercerahkan*
Januari 20, 2008 pada 4:50 am
::hoek, setelah kamu fikirkan maka pendapat pertamamu salah…, ndak, pendapat pertamamu adalh yg tepat, jika ada Pendapat Rasulullah “tidaklah aku diturunkan kecuali untuk menyempurnakan akhlaq” samakah sebutan itu denga AQ 5:3 “….Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu….”
Kalau contoh Pesawat, dan computer, dan telepon, juga konsep kail, sebab mangga perlu dikupas, kelapa perlu dibelah…
perhatikan hadist Rasulullah “aku adalah nabi terakhir, sesudah aku tidak ada lagi nabi, seumpama bangunan, ada sisi yang jika sisi itu ditutup maka akan sempurnalah bangunan itu”…apakah Rasulullah memerlukan lagi melakoni ulang taurat zabur dan injil secara partial, atau itu sudah terangkum….
apa yang dilihat, belum tentu sama dengan maksudnya
apa yang dibaca belum tentu sama dengan maknanya…
tapi jika dengan itupun kamu bertahan
cukuplah itu untukmu…
Januari 20, 2008 pada 3:44 pm
lha kalo jaman kaya gini mucul nabi baru (meski itu original version) ujung2nya ntar pada mencatut namanya buat kepentingan genknya π
Januari 20, 2008 pada 3:50 pm
canda mode:
mungkin Dia kehabisan budget zink, dari pada bikin yang lebih baik, mending budgetnya di alokasikan ke pr(public relation)nya. bikin tsunami ama gunung meletus budgetnya gede bo’!
huhuhuhuhuh,…
serius mode:
“jangan biarkan kenangan menjadikanmu berpuas diri. apa yang kau temukan selama pencarian adalah hadiahNya bagimu. tapi saat hadiah itu kau buka, jangan jadikan ia sebagai tujuan.”
yah kira2 sperti itulah,..
Januari 21, 2008 pada 5:54 am
@Hoek;
“ahlak yg busuk pd zaman dahulu, saat ini d poles menjd lbh baik (sesuatu yg baik); poligami’.
stlh membaca kalimat anda ini saya serta merta yakin akan apa yg tdk lama ini muncul dlm benak saya; mngkn, sbg suatu gagasan yg begitu saja muncul yg berarti dpt jg d katakan; wawasan personal. begini,
agama dan segala bentuk pembenaran akan nilai2 yg salah (yg dgn sengaja d salah artikan) adalah bagian sifat mengasihi diri sendiri manusia; d mana dlm kondisi apapun manusia tetap memiliki dorongan dasar untk membenarkan segala prilakunya (konteks religius: prtobatan)
dan bila kita mau menarik garis lurus antara sifat pembenaran-diri semcm itu dgn kesamaan2 yg mngkn ada; adalah bahwa manusia akan cenderung menyalahkan ‘yg lain’ demi pembenaran dirinya sendiri. maka selama sifat ‘alami’ ini tak d sadari dan tak d pertentangkan, maka manusia akan dgn mudah menerima segala bentuk instrumen pembenaran/nilai2 itu sbg sesuatu yg ‘mutlak’.
bknnya tdk adil bila pd masa lampau poligami adalah ‘dosa’ sedangkan pd masa skrng ini d benarkan. bukan kah dikatakan bahwa dosa itu adalah prsoalan ‘langit’? tapi knapa manusia dan bumi pd akhirnya mampu mengubah aturan2 dosa? bila poligami adalah ‘yg salah’ pd masa lampu, kenapa skrng d benarkan? krn pd zaman raja2 pasti lah yg ‘berhak’ berpoligami hanya lah raja.. maka manusia saat ini t’lah d karuniai hak2 para raja itu tanpa prlu menjd raja.
tapi saya membahas prsoalan ini bkn semata prsoalan poligami. krn nyatanya manusia dpt mempelajari bnyk hal dgn hny mengambil satu atau dua subjek pembelajaran saja; maka poligami hanya lah satu pengantar untk menelusuri cakrawala pemikiran yg jauh trbentang itu!
Januari 21, 2008 pada 6:09 am
versi ahlak; versi kristiani, versi islam, versi hindhu, versi budha, versi atheis, dsb.
versi adalah sudut pandang; dan sudut pandang; adalah pemahaman personal; pemahaman prsoanal; adalah rangkaian dr brbagai tingkat kesadaran dlm konteks prsonal; prsonal adalah pribadi..
versi mana sekiranya yg paling benar? PEMBAHASAN INI AKAN BRLANJUT SAMPAI AKHIR JAMAN! =)
maka saya akan memaknainya menurut versi saya sendirid dan akan menelannya mentah2 sbg bagian dr pemahaman saya sendiri.. versi saya hny dpt d bandingkan namun tak dpt d ubah, kecuali saya sendiri yg menghendakinya.. tapi, saya pun akan melihat versi orng lain spt saya melihat hubungan saya dgn versi saya sendiri. maka krn itu saya tak akan brusaha untuk mengubah versi orng lain agar sesuai dgn versi saya.. VERSI ADALAH PANDANGAN PERSONAL.. -peace
Januari 22, 2008 pada 2:31 am
kalo pun muncul apa kita mau mengakui dia itu nabi,orang sekarang dengan kesinisannya,sama eksistensi Tuhan aja qta g percayA apalagi nabi yg sama manusianya..
Januari 22, 2008 pada 5:25 am
akhlaq???
tanya deh sama AQ…
atau sama hadist…
atau sama kehidupan nabi muhammad…
atau yang paling gampang sama kehidupan para shahabat…
akhlak nabi itu adalah akhlak yang dapat mengubah akhlak orang lain…
akhlak shahabat adalah akhlak yang diubah oleh akhlak rasulullah…
lalu para shahabat menunjukannya pada para tabi’in…
para tabi’in ini mengajarkannya pada para tabiit tabi’in…
dan tinggal kita…mau atau tidak diajarkan oleh mereka…
Januari 23, 2008 pada 2:34 pm
Posting yang begitu menyejukkan. Pertanyaan-pertanyaan yang memperkaya kehidupan dan menyegarkan relung jiwa π
Terkadang saya berpikir apakah karena watak dasar manusia itu pada dasarnya adalah bodoh? Sebagaimana yang dikatakan Al-Quran (33:72) sehingga seberapa pun banyaknya petunjuk diturunkan tetap saja manusia tidak mau mendengar. Mungkinkah?
Terlebih lagi tatkala Allah berkata dalam Hadis Qudsi yang dikutip dari kitab Imam Al-Ghazali :
“Hai anak Adam! Langit tegak berdiri di udara tanpa pilar penyangga dengan hanya satu nama dari nama-namaKu, tapi mengapa hati kalian tidak bisa lurus meski dengan 1000 petuah dari Kitab-Ku.”
Mungkin ini saja insight yang saya dapat, selebihnya saya sama seperti kamu FULL OF QUESTIONS…Hehehe.Ngak apa-apa, bukankah bertanya adalah separuh ilmu π Jadi tetaplah bertanya π
Bro pertanyaanmu bisa tak comot ngak? Kebetulan sahabat saya sedang menyusun sebuah buku yang berisi tentang pertanyaan-pertanyaan tentang Agama dan Kehidupan.
Januari 29, 2008 pada 6:29 am
Tugas seorang nabi adalah menyampaikan kebenaran Tuhan, yang kemudian dtuangkan dalam kitab – kitab suci. Dalam kitab suci banyak terdapat kisah dan aforisme Tuhan yang mempunyai banyak keseuaian dengan kejadian – kejadian dimasa kini. Sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman hidup dimasa kini.
Mungkin itulah sebabnya Tuhan tidak lagi menurunkan nabi. Karena kitab suci yang dibawa oleh nabi terkahir, dianggap sudah banyak menghadirkan kenebaran dan cukup mumpuni untuk membimbing manusia. Karena para nabi beserta kitab sucinya yang hadir dalam urutan waktu sifatnya saling menyempurnakan.
Januari 29, 2008 pada 10:54 am
*Mode serius*
Bukankah setiap orang sebelum diturunkan ke bumi sudah di baiat oleh-Nya (versi AQ)? Supaya bertebaran di muka bumi dengan tugasnya masing-masing, manakala lupa atau tidak sadar agar mencari petunjuk-Nya. Maka dekatkanlah dirimu dengan-Nya. Supaya kita dapat menjalankan tugas sebagai kalifah-Nya. Makanya ndak perlu nabi lagi. Bertindaklah sesuai akhlak Nabi yg dicontohkan di kitab2 suci dan ndak perlu harus berstatus Nabi. Kenapa harus ada Nabi lagi, lha wong sudah dibilang oleh-Nya sudah sempurna kok (versi AQ). Bukankah ini mukjizat bagi semua manusia setelah Nabi Muhammad?. Ndak perlu status/jabatan/pangkat untuk melakukan kebaikan. Manakala kamu tidak tahu , mintalah diberi tahu-Nya, dibimbing-Nya, didekatkan-Nya, di rahmati-Nya, dll (dasar manusia mintanya enak melulu…).
Yang jadi permasalahan adalah kita ndak tahu kita disuruh jadi apa? Makanya tanya dulu kepada-Nya. Caranya? Tanya aja kepada-Nya, lha wong saya tidak tahu juga…(*lagi minta juga sehh…).
By the way, jalankan dulu kebaikan demi kebaikan(syariat gitu)sehingga Insya Allah kita semua akan dituntun oleh-NYa.
Salam kenal Pren.
*Kembali mode bodoh*