Bertanya Again and Again

Januari 18, 2008

Pertanyaan saya kali ini pendek saja..

    Kenapa manusia-manusia pilihan macam Nabi Sulaeman, Nabi Musa, Nabi Ibrahim atau Nabi Muhammad tak diturunkan lagi oleh Tuhan pada zaman yang menurutku toh masih belum berubah??

_____________
ps. Tolong sikapi pertanyaan ini sewajarnya saja. Kalau anda seorang Ayah/Ibu, anggap pertanyaan ini terlontar dari mulut anak anda.
Kalau anda sebaya dengan saya, anggap pertanyaan ini terlontar dari mulut seorang sahabat.
Kalau anda seorang guru, anggap pertanyaan ini terlontar dari mulut salah satu murid anda.
Selebihnya, mari berbagi.. πŸ˜›

update:
bagi yang tidak menemukan benang merah dari pertanyaan di atas, silahkan lihat komen om Dana pada komen nomor 5.
Terimakasih.. πŸ˜€

update lagi:
setelah membaca komen tukangkopi yang:

mungkin karena kita sudah diberi pedoman berupa al-quran dan hadits. tinggal gmn sekarang kita membimbing diri kita sendiri untuk kembali pada pedoman itu. kita kan dibekali hati nurani dan otak. masak mau dibimbing2 terus. masak mo beragama dengan lurus harus karena ada pengawasan nabi?

Entah kenapa tiba-tiba muncul begitu saja pertanyaan lain di otak saya yang sialan ini.
Ini dia pertanyaan susulannya:

    “Kenapa sepeninggal beliau dunia tetap saja seperti jaman jahiliyah (zaman dimana Muhammad di utus). Apakah ini semacam bukti bahwa Muhammad gagal menjalankan misinya ‘meng-ISLAM-kan’ manusia??
    Kalau memang iya, kenapa Tuhan tak menurunkan nabi lain yg lebih baik dari Muhammad ke dunia ini?? Maaf, dalam hal ini saya tidak membicarakan wali dan sebangsanya, karena saya pikir derajat mereka jauh dibawah nabi”.

52 Tanggapan to “Bertanya Again and Again”

  1. qzink666 Says:

    Tidak menjual pertamax!!

  2. goop Says:

    Hahaha…
    pertanyaan khas Qz…
    yang malah memicu tanda tanya berantai di otak saya…
    * πŸ˜† *

  3. goop Says:

    Atau mungkinkah agar manusia itu belajar dari kejadian-kejadian yang telah lalu??
    meski masih saja lupa dan naluri…
    syukur atas akal dan budi, yang digunakan atau tidak, oleh mereka, saya dan dia
    * πŸ˜€ *
    maaf sok tau nih

  4. bukan nabi Says:

    mmm… aduh… apa ya…?

  5. danalingga Says:

    Maka saya akan menggugat Tuhan:

    Tuhan, kenapa Kau berlaku tidak adil kepadaku? Sungguh tidak adil bukan ketika orang-orang terdahulu kau berikan seorang Nabi untuk menuntun mereka, sedangkan aku tidak kau berikan kesempatan yang sama. Padahal aku merasa hidup di jaman yang tidak lebih baik dari jaman-jamannya para Nabi. Atau Kau berpendapat lain ya Tuhan?

    *siap siap di kutuk*

  6. fujimori Says:

    mungkin zaman inilah waktu yang ditentukan untuk mengakhiri kehidupan dunia…???? makanya dibiaring gak ada panutan seperti nabi..
    :mrgreen:

  7. tukangkopi Says:

    mungkin karena kita sudah diberi pedoman berupa al-quran dan hadits. tinggal gmn sekarang kita membimbing diri kita sendiri untuk kembali pada pedoman itu. kita kan dibekali hati nurani dan otak. masak mau dibimbing2 terus. masak mo beragama dengan lurus harus karena bimbingan atau karena ada pengawasan nabi?

    hehe..sorry ya, komen asal.. πŸ˜€

  8. joyo Says:

    emm, ternyata ini oleh2 piknik kemaren bro,
    masih memikirkan tuhan rupanya.
    entah bro aku juga gak tau, doeloe aku jg punya pertanyaan sejenis, kenapa mereka (nabi2) itu yg diutus? knp bukan aku? knp bukan bapak ku? knp bukan pakde ku? knp bukan orang lain? istimewakah mereka? knp tuhan pilih2?
    tapi kemudian aku sadar klo smua pertanyaan itu gek butuh jawaban, gak butuh penjelasan, gak butuh alasan, karna tuhan sendiri nggak tau dan gak mau tau
    kamu adalah kamu, aku adalah aku, kenyataan bahwa kita ada dan ‘hidup’ saat ini maka jalanilah, lewatilah, hidupilah

  9. goop Says:

    Tadi saya kesini, pertanyaannya baru satu…
    eh lha kok sekarang jadi nambah lageee
    kalo pertanyaan yg kedua pass aja mas
    * πŸ˜€ *

  10. danalingga Says:

    eh, komen saya yang no 5 di hapus zink, soalnya yang bener itu komen no 6. thanks.


  11. Nabinya muncul juga nggak akan diakui. Kita lihat, mengaku nabi sedikit saja langsung disambut dengan nggak baik. πŸ˜†

    Walau begitu, saya kira bagus juga kalau ada nabi lagi, dengan syarat tanda-tandanya jelas. Misalnya dengan menebak skor-skor pertandingan sepakbola, atau membelah bulan jadi dua, dan yang susah-susah lainnya. πŸ˜›

  12. brainstorm Says:

    Jadi apakah Tuhan Maha Kuasa? Apakah Ia bisa mengontrol segala sesuatu? segala sesuatu yang katanya adalah hasil kreasinya.. atau mungkin memang Tuhan ibarat anak kecil yang sudah lelah dengan mainanNya ini, lalu ya dicampakkan begitu saja atau ya dibuang aja ke tong sampahNya..

  13. sitijenang Says:

    iya ya… padahal kalo sekarang ada lagi kayak nabi Musa asik kalee.. misal umatnya tuh Ahmadiyah, trus si nabi baru ini bisa membelah dimensi. umatnya diungsikan ke tata surya atau planet lainnya. atau diperintah bikin pesawat antariksa raksasa ala Nuh. buat ngungsi keluar bumi… hmmm… *halah kok malah nggladrah* :mrgreen:

  14. danalingga Says:

    siyal!!! Keduluan si kopral. *bentur benturkan kepala ke tembok*

    Iya itu juga pertanyaan lanjutannya zink, apa sang Nabi nggak bakal di hujat, atau malah langsung di bunuh kalo mengaku Nabi?

    *hem makanya nabi yang itu diam-diam aja*

  15. sitijenang Says:

    @danalingga
    saya tahu… saya tahu… :mrgreen: 8)

  16. zal Says:

    ::he…he…, mengapa sekarang pake pesawat..koq ngga jalan kaki aja kemana-mana…
    mengapa ada computer, koq nggak nulis di batu aja… *biarin gak nyambung* :mrgreen:

  17. regsa Says:

    saya ndak tahu, dan otak sayapun belon mempuni untuk bertanya…

  18. Mardies Says:

    Nabi Muhammad sebagai yang terakhir diturunkan sudah cukup. Mengapa sekarang dunia malah tambah awut2an? Karena sudah lebih dari 14 abad sejak ada Nabi Muhammad. Dan dunia sudah mau kiamat.

    Jawaban ini memang wagu tapi, mungkin begitu.


  19. Maaf Qzink, aku tak bisa jawab itu. absen aja ya kali ini.

  20. Hoek Soegirang Says:

    Kenapa sepeninggal beliau dunia tetap saja seperti jaman jahiliyah (zaman dimana Muhammad di utus).
    sebenarnya tidak, karena sudah ada hukum-hukum yang mengatur (walaupun tergantung APARATURnya). berbeda dengan dulu, sama sekali tidak ada hukum, yang ada hanyalah hukum rimba (walopun sekarang iya, tapi setidaknya lebih “pinter” lagi khan?). jadi kalo dibilang jahiliyah jelas salah, karena sekarang ini, orang-orang yang kek jaman dulu itu skarang lebih pinter lage…
    “Apakah ini semacam bukti bahwa Muhammad gagal menjalankan misinya β€˜meng-ISLAM-kan’ manusia??”
    kalo yang ini saia ndak ngerti, karena saia baru fernah ndenger bahwa muhammad itu funya misi, dan misinya itu meng-islam-kan manusia. saia baru fernah ndenger negh. sumfah
    “Kalau memang iya, kenapa Tuhan tak menurunkan nabi lain yg lebih baik dari Muhammad ke dunia ini??”
    nah…seferti tadi, karena saia baru fernah ndenger bahwa Muhammad itu funya misi, saia jadi ndak isa njawab. emang dafet darimana kawand? berita soal muhammad itu funya misi? misi meng-islam-kan manusia? wogh! misi yang keyen sangadh!!!

  21. Goenawan Lee Says:

    Nabinya muncul juga nggak akan diakui. Kita lihat, mengaku nabi sedikit saja langsung disambut dengan nggak baik.

    Nabi zaman dahulu juga ndak langsung diakui, pake acara dihujat, dihina, dicemooh, dikatain sesat, dan lain sebagainya. πŸ˜†

    …jadi sekarang? :mrgreen:

    Kelakuan para penghujat itu mirip jahiliyah zaman dulu yah. πŸ™„

    *dikutuk*


  22. Nabi emang dari zaman dahulu seferti itu. πŸ˜† Makanya saya minta mukjizat. Mukjizatnya manaaaa…? πŸ˜†

  23. tukangkopi Says:

    Apakah ini semacam bukti bahwa Muhammad gagal menjalankan misinya β€˜meng-ISLAM-kan’ manusia??

    dapet darimana ini zink? πŸ™„

  24. dobelden Says:

    Tunggu dunia tenggelam oleh air dulu, trus keluar masa pioner dimana yg hidup hanya sebangsa dan sejenis jamur.. lalu mulai ada hewan dan lalu ada manusia πŸ˜€

  25. eprak Says:

    Sabar aja.
    Bentar lagi juga bakalan diutus yang namanya
    Al Mahdi. Ente-ente tunggu aja tanggal mainnya.

  26. eMina Says:

    pertamax abis?
    kklo gitu pertaMINA saja :mrgreen:

    walah…ga tau jawabannya
    *belajar lagi*

  27. qzink666 Says:

    Yang saya maksut dgn meng-ISLAM-kan manusia disini adalah, memperbaiki ahlak manusia. Bukankah ada salah satu ayat dalam al-quran (atau hadist, saya lupa) yg menyatakan bahwa Muhamad diutus untuk menyempurnakan ahlak??
    Dan apakah sekarang ahlak manusia sudah jauh lebih baik dibanding zaman nabi2 itu diturunkan??
    Maaf jadi kebanyakan nanya, he he he..
    *sekedar klarifikasi*
    *lanjuuut.. :P*

  28. syahbal Says:

    kenapa ya???
    apa karena Allah kasian ama kita…
    kalu misalnya diturunkan Nabi/Rasul baru maka Nabi/Rasul itu akan membawa Risallah baru…
    yang tentunya akan semakin berat…
    yang tidak akan mampu kita laksanakan…
    yang bikin kita bingung…
    karena ada agama samawi baru…

    atau mungkin karena Islam belum sesat…
    belum menganggap Muhammad sebagai Ibn Allah..
    seperti yahudi yang menganggap Nabi Uzair sebagi Ibn Allah…
    seperti Nashara yang mengangkat Isa menjadi Ibn Allah…

    maybe itu juga…

  29. syahbal Says:

    apa iya Muhammad gagal mengISLAMkan manusia…

    kayaknya tidak…

    sebab Allah tidak hanya menciptakan Surga…
    tapi juga Neraka…

    So…
    Allah sudah tahu bakalan ada yang Masuk ke kedua tempat itu…

    tapi disortir dulu di dunia(bumi)…

  30. Hoek Soegirang Says:

    “Bukankah ada salah satu ayat dalam al-quran (atau hadist, saya lupa) yg menyatakan bahwa Muhamad diutus untuk menyempurnakan ahlak??”
    nah, untuk menyemfurnakan akhlak khan? skarang akhlak suda semfurna sangadh ko’. cuma menusanya ajah…
    “Dan apakah sekarang ahlak manusia sudah jauh lebih baik dibanding zaman nabi2 itu diturunkan??”
    sudah ko’, akhlak sekarang ini sudah disemfurnakan. akhlaknya uda semfurna, tinggal manusianya aja…

  31. lahapasi Says:

    biarlah semua berjalan apa adanya kawann..

    piss..

  32. zal Says:

    ::akhlak sekarang ini sudah disemfurnakan…

    inilah kenapa udah ada pesawat..jadi engga perlu jalan kaki, dan telepon sudah digital jadi engga perlu pake engkol lagi…

    emanglah, hoek sugila.. ini mantabh… πŸ˜†

  33. qzink666 Says:

    Maaf, nanya lagi, bro..
    Definisi akhlak yg sempurna itu seperti apa sih??
    Bisa nyiptain pesawat? Bisa nyiptain hengphon??
    Sepertinya kalo untuk hal2 seperti itu gak perlu peran seorang nabi pun bisa deh..
    Atau karena sekarang udah ada aturannya bahwa ngebunuh bayi itu dosa, bahwa mencuri itu gak baik, atau zinah itu perpanjangan neraka..
    Itu kan sama dgn ajaran moral, bro..
    Lha, kalo sekedar itu saya yakin di zaman jahiliyah pun mereka2 itu tau, cuma gak nurut..
    Lantas apa bedanya dengan zaman ini??
    Bukannya yg melakukan hal2 seperti itu di zaman ini pun tahu kalo itu salah, ini gak baik..
    Tapi tetep aja tuh mereka melakukannya..
    Atau jangan2 selama ini sebenarnya kita gak perlu seorang nabi?? Gak gitu perlu, tepatnya.. πŸ˜›
    *jah, nanya lagi saya..*

  34. brainstorm Says:

    nabi atau apalah namanya itu.. mereka ceritanya membuat aturan2, nah konon katanya RasulNya itu menyempurnakan aturan2 dari Tuhan. Nah jadi yang disempurnakan itu ya aturan2Nya yang ceritanya untuk memperbaiki ahlak manusia. Tapi.. kata Tuhan sendiri, manusia itu ga ada yang sempurna, pan yang sempurna cuman Tuhan. Jadi ahlaknya manusia ga ada yang sempurna.

    Definisi ahlak sempurna?
    simple aja.. menjalakan perintahNya dan menjauhi laranganNya..
    Ya kalo gue jadi Tuhan sih bakal gue bikin simple lagi, gue ciptain aja manusia tanpa nafsu, jadi ahlaknya sempurna.. πŸ˜†

  35. zal Says:

    ::qzink, bukannya dia seperti main chip, jadi mak mano caro nak mambukanyo…makanyo dikatakan hoek kalau yg disempurnakan itu akhlaq, tinggal manusianya….
    begitu dia diunzip mungkin masih perlu install…, atau bisa automatic update…kali je… :mrgreen:

  36. b Says:

    @brainstorm;

    apa memang nafsu adalah perusak ahlak? apa ada gairah tanpa nafsu? tapi gairah itu adalah subjek dr segala ‘mksd’ dan’harapan’ manusia, bukan? apa kiranya ahlak yg ideal itu? apa bedanya dgn konsep etika paling sederhana; kesadaran akan benar dan salah.. tapi, benar dan salah pun mengandung konsep yg beragam trgantung bagaimana individu yg brsangkutan memaknainya! maka tetap saja bnyk yg tak terjelaskan..

    @qzink666;

    ” meng-ISLAM-kan manusia; untuk memperbaiki ahlak’, bukan kah sebaiknya ahlak d pandang bkn semata2 prsoalan agama? dan saya tetap melihat ahlak sbg prsoalan kemanusiaan, meski dlm ajaran agama (manapun) saya jg melihatnya (secara langsung ataupun trselubung).. namun membaca agama spt membaca makna; apa yg gamblang atau apa yg trsembunyi tetaplah mengandung makna yg sama.. tapi itu tetaplah pandangan saya pribadi. konsep ahlak pd mulanya pastilah sesuatu yg sederhana; mngkn semacam kesadaran wajar setiap manusia untk mengisi dan memaknai kehdpan dgn lbh baik.. lalu, entah kapan, istilah ahlak itu muncul.. mngkn itu adalah istilah yg d bawa oleh para nabi, mngkn..

    dan saya melihat, untuk memprbaiki ahlak manusia, sbnrnya bkn hny agama sebagai instrumen prbaikan; tapi ada instrumen lain yg, menurut saya lg, tak kalah penting, yakni; kesadaran individu.. memang sampai kpn manusia mesti brpaling dari dirinya sendiri untk mencari pembenaran atas segala perilakunya? memang sampai kapan manusia akan menunggu melihat ‘wahyu agung’ datang menghampirinya? sampai kapan kita akan menunggu sesuatu yg katakanlah; prbaikan total diri, yg mana sehrsnya kesempatan itu selalu trsedia dan menunggu d dalam diri kita sendiri; d dlm diri kita masing2..

    apakah nabi t’lah gagal dlm memprbaiki ahlak kemanusiaan kita? itu sehrsnya jawaban yg mesti kita cr d dlm diri kita masing2, dan bknnya melimpahkan semuanya seolah2 nabi brsalah atas semua itu.. nabi t’lah hdp dan mereka pun t’lah mati; tapi ajaran mereka ada dan msh akan trus ada; tapi bknnya tgs untk pengamalannya adalah d tangan kita sendiri? dan bukannya semua itu adalah tanggung jwb kita sendiri? tapi prbaikan ahlak itu bkn semata-mata tanggung jawab religius.. saya malah melihat bahwa; kesadaran konstan untk menemukan kebaikan dn kebenaran dlm konteks personal adalah yg paling relevan..

  37. b Says:

    @Zal

    apakah benar ahlak t’lah d sempurnakan? trciptanya pesawat? apa hubungannya dgn ahlak?

    tapi saya ingin menarik korelasi yg mngkn ada dlm hub2 keduanya

    ; maka skrng manusia tak lg mengengkol, tak prlu lg brjalan kaki.. semua serba praktis; efisien-efektif! tapi apa anda mengira pada saat blm ada pesawat dlm kehdpan ini (yg berarti jg blm ada satu orng pun yg melihat dan mengharapkannya lbh dr sekedar impian belaka) manusia mengengkol dan brjalan menempuh prjalan jauh krn semata2 trpaksa? atau mereka menganggap mengengkol dan prjalanan brmil-mil itu sbg sesuatu yg wajar? mana menurut anda yg paling mngkn?

    saya sdkt mengamini anggapan bahwa; manusia lah yg menciptakan kondisi2 bagi diri mereka sendiri. dan prsoalan jaman itu mngkn kurang relevan dan, katakan lah, kurang selaras dgn prjalanan ahlak manusia.. pd jaman barbarian saya yakin sdh ada manusia yg ‘melaju’ mendahului sesamanya dlm konteks ahlak dan pemikirannya.. itu wajar krn manusia sbg individu, tak perduli pada jaman apapun, pd akhirnya dpt menemukan kesadaran bahwa pilihan2 itu ada trlepas dr pradaban yg sedang brlangsung atau yg sdh brlangsung.. hny saja mngkn ahlak kemanusiaan sifatnya adalah kolektif (menyeluruh), maka kita akhirnya lbh nyaman bila melakukan generalisasi drpd memberikan penilaian2 yg lbh spesifik.

    tapi sekali lg; semua ini adalah pendpt saya pribadi.. salam kenal

  38. Hoek Soegirang Says:

    “Definisi akhlak yg sempurna itu seperti apa sih??”
    1. Akhlak secara bahasa (lughah/etimologi) adalah tabiat, pembawaan atau karakter (Kitab An Nihayah 2/70)” πŸ˜‰

    “Tidakkah engkau membaca Al Qur’an ? Ketahuilah akhlak beliau adalah Al Qur’an” (HR. Muslim no. 746, Abu Dawud no. 1342 dan Ahmad 6/54)”
    ps : beliau disini ini muhammad. ada di QS Al Qalam 4)
    dengan ini saia yakin sangadh, jawaban mas qzink semuanya kejawab. saia ndak ngasih ikan, hanya kail sahaja. karena dari tadi dikasi ikan, ndak kenyang-kenyang. jadina…ya saia kasih kail buat nyari ikan. mhuehuehuehuehue
    _________
    tentang hengpon, fesawat de el el, bukan saia yang njawab. πŸ˜›

  39. Hoek Soegirang Says:

    ah ya, btw soal akhlak, saia fernah mbaca di bukunya Jalaluddin Rahmat, “mendahulukan akhlak diatas fiqh”. disitu beliau malah banyak sangadh memberi contoh bahwa skarang ini ummat muslim terlalu mementingkan fiqh diatas akhlak. dan dibuku tersebut, kang jalal ngasih beberafa contoh surat dalam alquran yang mengatur tentang akhlak…
    *pancingan lagi*
    ____________________
    “Lha, kalo sekedar itu saya yakin di zaman jahiliyah pun mereka2 itu tau, cuma gak nurut..
    Lantas apa bedanya dengan zaman ini??”
    bedanya? contohnya ajah -“akhlak yang busuk jaman dahulu, sekarang difoles menjadi baik”- = foligami.
    nah…? fancingan lagi. ah ya, diatas itu contoh. dan ada sedikidh satire didalamnya. jadi, wasfadalah! mhuahuahuahuhauhauhauua
    *ditendang*

  40. Hoek Soegirang Says:

    hettrix, sekalian njawab
    “Atau jangan2 selama ini sebenarnya kita gak perlu seorang nabi??”
    Peran Nabi itu penting sekali. Justru dari perannya, kita bisa tahu maksud Allah melalui nabi tersebut.
    _________
    cih, saia melufakan sesuatu yang fenting sangadh.
    “yg menyatakan bahwa Muhamad diutus untuk menyempurnakan ahlak??
    Dan apakah sekarang ahlak manusia sudah jauh lebih baik dibanding zaman nabi2 itu diturunkan??”
    jahhh…ada kesalahan disini. ternyata saia bodoh sangadh. maaf mas qzink. muhammad memang diutus untuk menyemfurnakan akhlak, tafi bukan menyemfurnakan akhlak seluruh manusia. dan akhlak yang semfurna itu terangkum didalam alquran. nah, seferti komeng saia diatas ituh, akhlak muhammad adalah alquran.
    jadi intinya…
    fertanyaan yang “yg menyatakan bahwa Muhamad diutus untuk menyempurnakan ahlak??
    Dan apakah sekarang ahlak manusia sudah jauh lebih baik dibanding zaman nabi2 itu diturunkan??”
    adalah fertanyaan yang sama sekali ndak nyambung. 😈
    cih..saia kurang teliti……
    terlalu cefadh saia mbacanya..
    jahh! kejebak!!!

  41. Hoek Soegirang Says:

    maaf, kalo sekirana saia kliatan sok tahu, dan ko kekna ndak ada kesibukan yang laen. soale saia tertarik aja. kek lagi bernostalgila jaman SMA, ikotan debadh “kusir” kek begini. hohohoho…

  42. qzink666 Says:

    @Hoek Soegirang
    serius, bro.. Terimakasih sangadh udah ngasih pancing.. πŸ˜€
    dan kenapa saya hanya menanggapi beberapa komen saja, itu karena saya benar2 bertanya (bertanya karena tidak tahu)
    Saya tidak ingin berdebat, dan karena tadi saya agak kurang paham dgn pendapat bro’ Hoek dan bro’ Zal, maka saya pun bertanya lagi pada kalian berdua.. πŸ˜›
    sekali lagi, terimakasih..
    *tercerahkan*

  43. zal Says:

    ::hoek, setelah kamu fikirkan maka pendapat pertamamu salah…, ndak, pendapat pertamamu adalh yg tepat, jika ada Pendapat Rasulullah “tidaklah aku diturunkan kecuali untuk menyempurnakan akhlaq” samakah sebutan itu denga AQ 5:3 “….Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu….”

    Kalau contoh Pesawat, dan computer, dan telepon, juga konsep kail, sebab mangga perlu dikupas, kelapa perlu dibelah…
    perhatikan hadist Rasulullah “aku adalah nabi terakhir, sesudah aku tidak ada lagi nabi, seumpama bangunan, ada sisi yang jika sisi itu ditutup maka akan sempurnalah bangunan itu”…apakah Rasulullah memerlukan lagi melakoni ulang taurat zabur dan injil secara partial, atau itu sudah terangkum….

    apa yang dilihat, belum tentu sama dengan maksudnya
    apa yang dibaca belum tentu sama dengan maknanya…
    tapi jika dengan itupun kamu bertahan
    cukuplah itu untukmu…

  44. sayur asem Says:

    lha kalo jaman kaya gini mucul nabi baru (meski itu original version) ujung2nya ntar pada mencatut namanya buat kepentingan genknya πŸ˜€

  45. bayu Says:

    Kalau memang iya, kenapa Tuhan tak menurunkan nabi lain yg lebih baik dari Muhammad ke dunia ini??

    canda mode:
    mungkin Dia kehabisan budget zink, dari pada bikin yang lebih baik, mending budgetnya di alokasikan ke pr(public relation)nya. bikin tsunami ama gunung meletus budgetnya gede bo’!

    huhuhuhuhuh,…

    serius mode:
    “jangan biarkan kenangan menjadikanmu berpuas diri. apa yang kau temukan selama pencarian adalah hadiahNya bagimu. tapi saat hadiah itu kau buka, jangan jadikan ia sebagai tujuan.”

    yah kira2 sperti itulah,..

  46. b Says:

    @Hoek;

    “ahlak yg busuk pd zaman dahulu, saat ini d poles menjd lbh baik (sesuatu yg baik); poligami’.

    stlh membaca kalimat anda ini saya serta merta yakin akan apa yg tdk lama ini muncul dlm benak saya; mngkn, sbg suatu gagasan yg begitu saja muncul yg berarti dpt jg d katakan; wawasan personal. begini,

    agama dan segala bentuk pembenaran akan nilai2 yg salah (yg dgn sengaja d salah artikan) adalah bagian sifat mengasihi diri sendiri manusia; d mana dlm kondisi apapun manusia tetap memiliki dorongan dasar untk membenarkan segala prilakunya (konteks religius: prtobatan)

    dan bila kita mau menarik garis lurus antara sifat pembenaran-diri semcm itu dgn kesamaan2 yg mngkn ada; adalah bahwa manusia akan cenderung menyalahkan ‘yg lain’ demi pembenaran dirinya sendiri. maka selama sifat ‘alami’ ini tak d sadari dan tak d pertentangkan, maka manusia akan dgn mudah menerima segala bentuk instrumen pembenaran/nilai2 itu sbg sesuatu yg ‘mutlak’.

    bknnya tdk adil bila pd masa lampau poligami adalah ‘dosa’ sedangkan pd masa skrng ini d benarkan. bukan kah dikatakan bahwa dosa itu adalah prsoalan ‘langit’? tapi knapa manusia dan bumi pd akhirnya mampu mengubah aturan2 dosa? bila poligami adalah ‘yg salah’ pd masa lampu, kenapa skrng d benarkan? krn pd zaman raja2 pasti lah yg ‘berhak’ berpoligami hanya lah raja.. maka manusia saat ini t’lah d karuniai hak2 para raja itu tanpa prlu menjd raja.

    tapi saya membahas prsoalan ini bkn semata prsoalan poligami. krn nyatanya manusia dpt mempelajari bnyk hal dgn hny mengambil satu atau dua subjek pembelajaran saja; maka poligami hanya lah satu pengantar untk menelusuri cakrawala pemikiran yg jauh trbentang itu!

  47. b Says:

    versi ahlak; versi kristiani, versi islam, versi hindhu, versi budha, versi atheis, dsb.

    versi adalah sudut pandang; dan sudut pandang; adalah pemahaman personal; pemahaman prsoanal; adalah rangkaian dr brbagai tingkat kesadaran dlm konteks prsonal; prsonal adalah pribadi..

    versi mana sekiranya yg paling benar? PEMBAHASAN INI AKAN BRLANJUT SAMPAI AKHIR JAMAN! =)

    maka saya akan memaknainya menurut versi saya sendirid dan akan menelannya mentah2 sbg bagian dr pemahaman saya sendiri.. versi saya hny dpt d bandingkan namun tak dpt d ubah, kecuali saya sendiri yg menghendakinya.. tapi, saya pun akan melihat versi orng lain spt saya melihat hubungan saya dgn versi saya sendiri. maka krn itu saya tak akan brusaha untuk mengubah versi orng lain agar sesuai dgn versi saya.. VERSI ADALAH PANDANGAN PERSONAL.. -peace

  48. stey Says:

    kalo pun muncul apa kita mau mengakui dia itu nabi,orang sekarang dengan kesinisannya,sama eksistensi Tuhan aja qta g percayA apalagi nabi yg sama manusianya..

  49. syahbal Says:

    akhlaq???

    tanya deh sama AQ…
    atau sama hadist…
    atau sama kehidupan nabi muhammad…
    atau yang paling gampang sama kehidupan para shahabat…

    akhlak nabi itu adalah akhlak yang dapat mengubah akhlak orang lain…

    akhlak shahabat adalah akhlak yang diubah oleh akhlak rasulullah…

    lalu para shahabat menunjukannya pada para tabi’in…

    para tabi’in ini mengajarkannya pada para tabiit tabi’in…

    dan tinggal kita…mau atau tidak diajarkan oleh mereka…

  50. Dimas Says:

    Posting yang begitu menyejukkan. Pertanyaan-pertanyaan yang memperkaya kehidupan dan menyegarkan relung jiwa πŸ™‚

    Terkadang saya berpikir apakah karena watak dasar manusia itu pada dasarnya adalah bodoh? Sebagaimana yang dikatakan Al-Quran (33:72) sehingga seberapa pun banyaknya petunjuk diturunkan tetap saja manusia tidak mau mendengar. Mungkinkah?
    Terlebih lagi tatkala Allah berkata dalam Hadis Qudsi yang dikutip dari kitab Imam Al-Ghazali :
    “Hai anak Adam! Langit tegak berdiri di udara tanpa pilar penyangga dengan hanya satu nama dari nama-namaKu, tapi mengapa hati kalian tidak bisa lurus meski dengan 1000 petuah dari Kitab-Ku.”

    Mungkin ini saja insight yang saya dapat, selebihnya saya sama seperti kamu FULL OF QUESTIONS…Hehehe.Ngak apa-apa, bukankah bertanya adalah separuh ilmu πŸ™‚ Jadi tetaplah bertanya πŸ™‚

    Bro pertanyaanmu bisa tak comot ngak? Kebetulan sahabat saya sedang menyusun sebuah buku yang berisi tentang pertanyaan-pertanyaan tentang Agama dan Kehidupan.

  51. noctilucent Says:

    Tugas seorang nabi adalah menyampaikan kebenaran Tuhan, yang kemudian dtuangkan dalam kitab – kitab suci. Dalam kitab suci banyak terdapat kisah dan aforisme Tuhan yang mempunyai banyak keseuaian dengan kejadian – kejadian dimasa kini. Sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman hidup dimasa kini.
    Mungkin itulah sebabnya Tuhan tidak lagi menurunkan nabi. Karena kitab suci yang dibawa oleh nabi terkahir, dianggap sudah banyak menghadirkan kenebaran dan cukup mumpuni untuk membimbing manusia. Karena para nabi beserta kitab sucinya yang hadir dalam urutan waktu sifatnya saling menyempurnakan.

  52. faubell Says:

    *Mode serius*
    Bukankah setiap orang sebelum diturunkan ke bumi sudah di baiat oleh-Nya (versi AQ)? Supaya bertebaran di muka bumi dengan tugasnya masing-masing, manakala lupa atau tidak sadar agar mencari petunjuk-Nya. Maka dekatkanlah dirimu dengan-Nya. Supaya kita dapat menjalankan tugas sebagai kalifah-Nya. Makanya ndak perlu nabi lagi. Bertindaklah sesuai akhlak Nabi yg dicontohkan di kitab2 suci dan ndak perlu harus berstatus Nabi. Kenapa harus ada Nabi lagi, lha wong sudah dibilang oleh-Nya sudah sempurna kok (versi AQ). Bukankah ini mukjizat bagi semua manusia setelah Nabi Muhammad?. Ndak perlu status/jabatan/pangkat untuk melakukan kebaikan. Manakala kamu tidak tahu , mintalah diberi tahu-Nya, dibimbing-Nya, didekatkan-Nya, di rahmati-Nya, dll (dasar manusia mintanya enak melulu…).
    Yang jadi permasalahan adalah kita ndak tahu kita disuruh jadi apa? Makanya tanya dulu kepada-Nya. Caranya? Tanya aja kepada-Nya, lha wong saya tidak tahu juga…(*lagi minta juga sehh…).
    By the way, jalankan dulu kebaikan demi kebaikan(syariat gitu)sehingga Insya Allah kita semua akan dituntun oleh-NYa.
    Salam kenal Pren.

    *Kembali mode bodoh*


Tinggalkan Balasan ke goop Batalkan balasan